UPDATESATU.COM-Bagi banyak orang yang baru belajar tentang keuangan atau bisnis, istilah debit dan kredit sering kali terdengar membingungkan. Padahal, dua istilah ini adalah dasar dari semua pencatatan keuangan dalam dunia akuntansi.
Saya pun dulu sempat kebingungan. Rasanya sulit memahami mengapa uang bisa “bertambah” di satu sisi dan “berkurang” di sisi lain.
Tapi setelah dipelajari dengan cara sederhana, ternyata konsep debit dan kredit tidak serumit yang dibayangkan.
Mitos 1: Debit Itu Baik, Kredit Itu Buruk
Ini salah satu kesalahpahaman yang paling sering terjadi. Banyak orang mengira debit berarti hal baik, sementara kredit berarti hal buruk. Padahal, dua istilah ini tidak ada kaitannya dengan “baik” atau “buruk”.
Keduanya hanyalah istilah netral dalam pencatatan keuangan.
Kesalahan persepsi ini biasanya muncul karena orang membandingkan dengan kartu debit dan kartu kredit.
Kartu debit dianggap baik karena menggunakan uang sendiri dari tabungan.
Kartu kredit dianggap buruk karena identik dengan utang.
Namun, dalam akuntansi, konsepnya berbeda.
Benar, dalam tabungan bank saldo Anda berada di sisi debit, sedangkan utang di sisi kredit.
Tapi tahukah Anda? Dalam bisnis, penjualan justru dicatat di sisi kredit!
Artinya, kredit tidak selalu buruk—kadang justru menandakan pendapatan yang bertambah.
Mitos 2: Debit = Tambah, Kredit = Kurang
Banyak juga yang berpikir bahwa debit selalu berarti uang bertambah, sedangkan kredit berarti uang berkurang. Padahal, tidak selalu begitu.
Keduanya bisa berarti penambahan atau pengurangan, tergantung pada jenis akun yang dicatat.
Ada akun yang bertambah di debit dan berkurang di kredit (contohnya: kas).
Ada juga akun yang bertambah di kredit dan berkurang di debit (contohnya: utang dan modal).
Jadi, debit dan kredit ini ibarat dua sisi koin yang saling berlawanan, tapi saling melengkapi. Tidak ada yang lebih penting atau lebih baik—keduanya harus bekerja beriringan agar pencatatan keuangan seimbang.
Cara Mudah Memahaminya: Bayangkan Buku dengan Dua Sisi
Bayangkan keuangan bisnis seperti sebuah buku besar yang memiliki dua sisi.
Sisi kiri adalah debit.
Sisi kanan adalah kredit.
Setiap kali terjadi transaksi, dua sisi ini harus sama nilainya. Mengapa? Karena setiap uang yang keluar pasti berasal dari suatu sumber, dan setiap uang yang masuk pasti digunakan untuk sesuatu.
Sisi kredit menunjukkan dari mana uang berasal — misalnya dari penjualan, utang, atau modal.
Sementara sisi debit menunjukkan ke mana uang itu digunakan — misalnya untuk membeli aset, membayar biaya operasional, atau memberikan dividen kepada pemilik bisnis.
Makanya, setiap kali mencatat transaksi, sisi debit dan kredit harus seimbang.
Kalau salah satu lebih besar dari yang lain, berarti ada kesalahan pencatatan yang harus diperiksa ulang.
Contoh Sederhana
Ketika bisnis menjual produk senilai Rp100.000:
Kas bertambah → dicatat di debit Rp100.000
Penjualan bertambah → dicatat di kredit Rp100.000
Ketika bisnis membayar tagihan kepada pemasok sebesar Rp50.000:
Utang usaha berkurang → dicatat di debit Rp50.000
Kas berkurang → dicatat di kredit Rp50.000
Dua sisi selalu sama nilainya, karena uang tidak pernah “muncul” atau “hilang” begitu saja—hanya berpindah tempat dari satu akun ke akun lain.
Persamaan Dasar Akuntansi
Semua konsep ini akhirnya bermuara pada satu rumus penting dalam dunia akuntansi:
Aset = Liabilitas + Ekuitas
Artinya, semua kekayaan yang dimiliki bisnis (aset) pasti berasal dari dua sumber utama:
Liabilitas (utang)
Ekuitas (modal pemilik)
Aset biasanya berada di sisi debit, sementara liabilitas dan ekuitas ada di sisi kredit.
Di dalam ekuitas sendiri, ada dua komponen utama:
Modal yang disetor pemilik (capital) — sumber dana awal bisnis.
Laba ditahan (retained earnings) — sisa keuntungan yang tidak dibagikan sebagai dividen.
Laba ditahan ini didapat dari hasil perhitungan sederhana:
Pendapatan – Biaya – Dividen = Laba Ditahan
Pendapatan (revenue) → normal di kredit
Biaya dan dividen → normal di debit
Ringkasnya, Begini Posisi Normalnya:
Jenis Akun Posisi Normal
Aset Debit
Biaya (Expenses) Debit
Dividen Debit
Kewajiban (Liabilities) Kredit
Modal Pemilik Kredit
Pendapatan (Revenue) Kredit
Kenapa Penting Memahami Debit dan Kredit?
Memahami posisi debit dan kredit sangat penting agar laporan keuangan Anda balance atau seimbang.
Kalau laporan keuangan tidak seimbang, berarti ada kesalahan — bisa jadi ada transaksi yang belum dicatat, atau salah menempatkan akun.
Misalnya, kalau aset terlihat terlalu besar, Anda bisa memeriksa sisi kredit untuk mencari pasangan transaksi yang belum tercatat. Dengan memahami pola ini, Anda bisa dengan mudah melacak kesalahan dalam pembukuan bisnis Anda.
Konsep debit dan kredit memang terlihat rumit di awal, tapi sebenarnya sangat logis jika dipahami secara sederhana. Keduanya seperti dua sisi timbangan yang selalu harus seimbang.
Debit bukan berarti “uang masuk” dan kredit bukan berarti “uang keluar” semata. Semua tergantung pada jenis akunnya. Yang terpenting, setiap transaksi selalu memiliki dua sisi yang saling melengkapi.
Dengan memahami dasar ini, Anda sudah melangkah satu langkah lebih dekat untuk bisa membaca dan menyusun laporan keuangan bisnis sendiri dengan percaya diri. (*)