UPDATESATU.COM-Jika kita berbicara mengenai sebuah perusahaan, baik kecil maupun besar, ada satu hal yang sangat menentukan kemajuan atau kemundurannya, yaitu kepemimpinan.
Pemimpin itu ibarat nahkoda kapal.
Besar atau kecilnya kapal, jika nahkoda salah arah, kapal bisa tenggelam.
Namun, jika pemimpin mengambil arah yang benar, kapal itu dapat melaju jauh bahkan menghadapi ombak besar sekalipun.
Ada data menarik dari Harvard Business Review yang menyatakan bahwa 70% karyawan meninggalkan perusahaan bukan karena membenci pekerjaannya, melainkan karena mereka tidak cocok dengan atasannya.
Artinya, gaya kepemimpinan seorang pemimpin memiliki pengaruh langsung terhadap orang-orang yang bekerja di dalamnya.
Jika pemimpin adil, bijak, dan mampu memberi arahan, tim akan loyal.
Sebaliknya, jika pemimpin otoriter, semena-mena, atau tidak peduli dengan tim, maka perlahan perusahaan akan ditinggalkan oleh orang-orang terbaiknya.
Oleh karena itu, sebelum berbicara tentang strategi bisnis, modal, atau pemasaran, ada satu hal yang lebih mendasar: bagaimana cara menjadi pemimpin yang tepat agar usaha yang dibangun benar-benar dapat maju.
Memahami Tugas Utama Seorang Pemimpin
Banyak orang mengira bahwa ketika menjadi pemimpin, tugasnya hanya memberi perintah, duduk di kursi empuk, dan menandatangani dokumen. Padahal anggapan itu keliru.
Seorang pemimpin bukan hanya seorang atasan yang memberi perintah, melainkan teladan. Apa yang dilakukan pemimpin akan ditiru oleh timnya, baik disadari maupun tidak.
Ada tiga tugas utama yang perlu dipahami seorang pemimpin:
Menentukan visi dan arah usaha.
Jika perusahaan diibaratkan kapal, maka visi adalah peta yang menentukan ke mana kapal akan berlayar. Tanpa visi, tim akan kebingungan, bekerja tanpa arah, dan akhirnya tidak jelas tujuan akhirnya.
Menggerakkan tim agar bekerja dengan semangat.
Tim bukanlah robot. Mereka membutuhkan dorongan, motivasi, bahkan teladan nyata. Pemimpin yang hanya duduk memberi perintah tanpa mau turun tangan pada akhirnya akan kehilangan rasa hormat dari tim.
Membuat keputusan yang adil dan tepat. Tidak semua keputusan dapat menyenangkan semua pihak. Namun, jika keputusan diambil dengan pertimbangan matang dan secara transparan, tim akan lebih dapat menerimanya.
Contoh nyata dapat dilihat dari kisah Gojek. Awalnya Gojek hanyalah ide sederhana tentang layanan transportasi.
Namun, Nadiem Makarim selaku pendirinya tidak hanya memiliki ide, melainkan juga visi besar, yaitu menghubungkan jutaan orang melalui teknologi. Visi itulah yang membuat tim percaya dan bekerja keras.
Maka jelas, keberhasilan Gojek bukan hanya karena idenya unik, tetapi juga karena kepemimpinan yang kuat.
Menjadi Pendengar yang Baik
Salah satu kesalahan terbesar banyak pemimpin adalah merasa dirinya paling benar.
Seolah karena memiliki jabatan tinggi, maka semua keputusannya pasti tepat. Padahal, justru di situlah banyak perusahaan jatuh.
Pemimpin yang baik bukan hanya pandai berbicara, tetapi juga mau mendengar. Mengapa?
Karena orang-orang di lapangan sering kali lebih mengetahui kondisi sebenarnya dibandingkan pemimpin yang duduk di atas.
Contohnya, bagian pemasaran lebih memahami tren pasar, bagian produksi lebih mengetahui kendala mesin, sedangkan bagian layanan pelanggan lebih memahami keluhan pelanggan.
Jika pemimpin menutup telinga, maka ia akan kehilangan informasi penting.
Data survei Gallup menunjukkan bahwa karyawan yang merasa suaranya didengar memiliki kemungkinan 4,6 kali lebih besar untuk merasa diberdayakan dan bersemangat dalam bekerja.
Bayangkan, hanya dengan mendengar, seorang pemimpin dapat meningkatkan semangat kerja tim berkali-kali lipat.
Oleh karena itu, mendengar bukan kelemahan, melainkan kekuatan.
Pemimpin yang bijak tahu kapan harus berbicara, kapan harus diam, dan kapan harus memberi ruang bagi timnya untuk menyampaikan ide.(*)
