UPDATESATU.COM - Dalam dunia bisnis, kehadiran investor sering kali menjadi kunci penting untuk mendorong pertumbuhan dan perluasan usaha.
Namun, tidak sedikit pelaku usaha yang masih bingung soal batasan keterlibatan investor dalam operasional harian perusahaan.
Apakah investor hanya cukup menyuntikkan dana dan menunggu hasil, atau boleh ikut campur dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan bisnis?
Pertanyaan ini cukup krusial, apalagi jika tidak ada kesepakatan jelas di awal kerja sama.
Artikel ini akan mengulas secara mendalam mengenai sejauh mana investor dapat memiliki peran aktif dalam operasional perusahaan. Mulai dari memahami perbedaan antara investor pasif dan aktif, hingga pentingnya kesepakatan tertulis yang mengatur hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Dengan memahami peran ideal investor dalam aktivitas bisnis, Anda bisa membangun kemitraan yang sehat, saling menguntungkan, dan minim konflik di kemudian hari.
Proporsi peran investor dalam aktivitas operasional perusahaan
1. Investor Pasif
Pertama, mari kita lihat dari awal bagaimana Anda merekrut atau mencari mitra investor.
Jika kebutuhan utamanya hanyalah dana, maka status investor tersebut tergolong sebagai investor pasif.
Investor pasif berarti tidak terlibat dalam pengelolaan operasional dan hanya berhak mengetahui laporan omzet dan laporan keuangan. Oleh karena itu, Anda wajib memberikan laporan tersebut secara rutin.
Selain itu, penting untuk menetapkan aturan do and don’ts (apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan) bagi investor pasif.
Contohnya:
Hal yang diperbolehkan (do): investor berhak menerima laporan dan informasi terkait kinerja perusahaan.
Hal yang tidak diperbolehkan (don’t): investor dilarang mencampuri urusan operasional atau mengambil keputusan.
Investor juga tidak diperkenankan memasuki area operasional (seperti outlet) tanpa izin resmi.
Silakan susun aturan main tersebut secara terperinci dan tuangkan ke dalam dokumen perjanjian pemegang saham (shareholder agreement).
2. Investor Aktif
Kedua, ada tipe investor aktif, yaitu investor yang direkrut bukan hanya karena dananya, tetapi juga karena keahlian yang dimilikinya.
Misalnya, Anda memiliki keahlian di bidang operasional dan pemasaran, tetapi tidak memiliki keahlian di bidang keuangan.
Maka, Anda dapat bekerja sama dengan investor yang memiliki keahlian di sisi keuangan.
Dalam hal ini, investor akan membantu menjalankan operasional terbatas hanya pada bidang yang menjadi keahliannya, misalnya bagian keuangan.
Jika ada masukan dari sisi keuangan, investor berhak menyampaikan pendapat. Namun, keputusan akhir tetap berada di tangan investor untuk bidang tersebut.
Sebaliknya, jika operasional dan pemasaran merupakan keahlian Anda, maka Anda tetap memegang kendali penuh atas keputusan di bidang tersebut.
Kolaborasi ini disebut saling melengkapi berdasarkan keahlian masing-masing pihak.
3. Investor Jaringan (Ekosistem)
Ketiga, ada tipe investor yang direkrut bukan karena dana atau keahlian teknis, melainkan karena jaringan atau ekosistem yang dimilikinya.
Contohnya, investor tersebut memiliki relasi yang luas di dunia kuliner atau F&B.
Aturan do and don’ts bagi investor tipe ini misalnya:
Do: investor berkewajiban memperkenalkan bisnis Anda ke dalam jejaring atau ekosistem yang dimilikinya.
Don’t: investor tidak berwenang mengatur kebijakan operasional harian.
Tujuannya adalah agar bisnis Anda dapat berkembang lebih cepat melalui koneksi dan dukungan jaringan yang dimiliki oleh investor.
Apapun jenis investor yang Anda pilih—baik itu pasif, aktif, maupun berbasis jaringan—hal terpenting adalah menuangkan seluruh kesepakatan ke dalam dokumen perjanjian pemegang saham, termasuk:
Hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Batasan kewenangan (do and don’ts).
Proporsi kepemilikan dan peran strategis.
Ketika semua hal tersebut sudah dijelaskan dan disepakati, maka setiap pihak akan memahami perannya masing-masing, baik sebagai investor maupun pemilik usaha.
Jangan Lupakan Valuasi
Sselain kesepakatan kerja sama, hal lain yang tak kalah penting adalah valuasi perusahaan.
Terkadang, pelaku usaha terlalu fokus pada pembagian peran, namun mengabaikan valuasi.
Atau sebaliknya, hanya memperhatikan persentase saham, tetapi lupa menyusun aturan kerja sama secara rinci.
Padahal, kedua aspek tersebut sama-sama penting.
Mengapa? Karena pelaku usaha membutuhkan investor, dan investor pun membutuhkan pelaku usaha. Ini adalah bentuk kerja sama yang harus saling menguntungkan.
Apabila calon investor tidak bersedia mematuhi perjanjian yang telah disusun, maka tidak perlu dipaksakan untuk bekerja sama.
Carilah investor yang benar-benar siap bekerja sama, mengikuti aturan yang telah disepakati, dan bersedia membesarkan merek Anda secara bersama-sama.
Demikian penjelasan mengenai peran investor dalam aktivitas operasional perusahaan.
Semoga bermanfaat. (*)
