UPDATESATU.COM - Memulai bisnis bersama teman dekat terdengar menyenangkan. Siapa yang tidak ingin bekerja dengan orang yang sudah dipercaya, yang bisa diajak ngobrol santai, dan mungkin sudah dikenal sejak lama?
Namun, kenyataannya, banyak bisnis yang dibangun bersama teman justru berakhir pahit—bukan hanya kehilangan usaha, tapi juga merusak hubungan pertemanan itu sendiri.
Bisnis dengan Teman dekat Gagal
1. Batasan Profesional dan Personal Sering Kabur
Salah satu alasan utama bisnis dengan teman sering gagal adalah tidak adanya batas tegas antara hubungan personal dan profesional. Dalam dunia bisnis, keputusan harus dibuat secara objektif, berdasarkan kepentingan perusahaan, bukan berdasarkan rasa sungkan atau kedekatan emosional.
Misalnya, ketika salah satu pihak tidak menjalankan tanggung jawab dengan baik, teman dekat seringkali enggan menegur karena takut menyakiti hati. Akibatnya, masalah dibiarkan berlarut-larut hingga berdampak pada performa bisnis secara keseluruhan.
2. Pembagian Tugas dan Kepemilikan yang Tidak Jelas
Banyak bisnis teman yang dimulai dengan kesepakatan lisan tanpa struktur kerja yang jelas. Tidak ada perjanjian tertulis tentang modal, pembagian keuntungan, peran masing-masing, dan rencana jika bisnis gagal atau salah satu ingin keluar. Ketidakjelasan ini akan menjadi bom waktu yang bisa meledak sewaktu-waktu.
Contoh umum: satu pihak merasa bekerja lebih keras, tapi keuntungan dibagi rata. Rasa tidak adil mulai tumbuh dan akhirnya menimbulkan konflik.
3. Komunikasi yang Kurang Profesional
Teman yang terlalu nyaman satu sama lain kadang berkomunikasi tanpa menjaga etika profesional. Saat terjadi perbedaan pendapat, diskusi bisa berubah menjadi perdebatan emosional.
Sebaliknya, karena terlalu dekat, kadang kritik dibungkam demi menjaga perasaan. Akibatnya, permasalahan penting tidak pernah benar-benar diselesaikan.
4. Ekspektasi yang Tidak Realistis
Seringkali, bisnis yang dimulai dengan teman diawali dengan semangat besar tapi tanpa perencanaan matang. Banyak yang berpikir, "Nanti kita pikirkan sambil jalan." Padahal, bisnis butuh perencanaan yang jelas, strategi yang konkret, dan pembagian peran yang seimbang sejak awal. Tanpa itu, ekspektasi yang tidak realistis akan menimbulkan kekecewaan di kemudian hari.
5. Risiko Hubungan Hancur Lebih Besar
Ketika bisnis gagal, kerugian bukan hanya soal uang. Hubungan pertemanan pun bisa ikut hancur.
Rasa kecewa, saling menyalahkan, atau perasaan dikhianati bisa muncul. Hubungan yang tadinya akrab bisa menjadi renggang atau bahkan berakhir total.
Tips Jika Tetap Ingin Berbisnis dengan Teman
Jika Anda tetap ingin membangun bisnis dengan teman dekat, berikut beberapa tips untuk meminimalkan risiko:
Buat perjanjian tertulis sejak awal, termasuk soal pembagian modal, peran, dan skenario jika bisnis berhenti.
Pisahkan urusan pribadi dan pekerjaan. Bersikaplah profesional saat menjalankan bisnis, meskipun lawan bicara Anda adalah sahabat sendiri.
Komunikasikan ekspektasi secara terbuka dan jujur, termasuk soal waktu kerja, komitmen, dan target.
Tunjuk pihak ketiga (misalnya akuntan atau konsultan) untuk menjadi penengah jika terjadi konflik.
Selalu evaluasi kinerja masing-masing, dan jangan takut memberi masukan secara konstruktif.
Bisnis dengan teman memang memungkinkan berhasil, tapi butuh kedewasaan, komunikasi yang baik, dan kesepakatan yang jelas sejak awal. Tanpa itu, risiko kerugian—baik secara finansial maupun emosional—terlalu besar. Jadi sebelum memulai, tanyakan pada diri sendiri: apakah Anda siap menjadi profesional sekaligus menjaga hubungan pertemanan tetap sehat?
Semoga bermanfaat. (*)