UPDATESATU.COM - Dalam dunia bisnis kuliner, penjualan atau sales merupakan fondasi utama yang menentukan kelangsungan usaha.
Oleh karena itu, penting bagi pelaku usaha memahami konsep dasar dalam meningkatkan omzet.
Salah satu pendekatan yang efektif adalah dengan memahami dua komponen utama dalam rumus penjualan, yaitu Total Check (TC) dan Average Per Check (EPC).
Memahami Konsep TC dan EPC
Penjualan (sales), pendapatan (revenue), atau omzet pada dasarnya dapat dihitung dengan rumus sederhana:
Penjualan = Total Check (TC) × Average Per Check (EPC)
Total Check (TC) mengacu pada jumlah transaksi atau nota yang tercetak dalam satu periode tertentu. Dalam praktiknya, TC dapat dihitung dari jumlah struk penjualan yang keluar, baik melalui sistem POS maupun pencatatan manual.
Average Per Check (EPC) adalah nilai rata-rata dari setiap transaksi. Sebagai contoh, jika satu pelanggan berbelanja sebesar Rp50.000, maka nilai EPC-nya adalah Rp50.000.
Dengan kata lain, total penjualan sangat bergantung pada jumlah transaksi dan nilai rata-rata setiap transaksi.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan omzet, pelaku usaha dapat menaikkan TC, EPC, atau bahkan keduanya secara bersamaan.
Strategi Meningkatkan Penjualan: TC vs. EPC
Sering kali pelaku usaha hanya berfokus pada peningkatan jumlah pengunjung atau transaksi (TC) dengan cara melakukan promosi, memasang iklan, atau membuka cabang baru. Strategi ini memang efektif, tetapi memiliki batasan, terutama jika kapasitas layanan sudah mencapai maksimal.
Sebagai alternatif, peningkatan EPC justru bisa menjadi solusi yang lebih efisien dan hemat biaya.
Misalnya, jika suatu usaha memiliki 10 pelanggan per hari, dan masing-masing berbelanja Rp50.000, maka omzet hariannya adalah Rp500.000.
Jika nilai rata-rata pembelian (EPC) ditingkatkan menjadi Rp70.000 dengan jumlah pelanggan tetap, maka omzet pun naik menjadi Rp700.000 — tanpa perlu menambah jumlah pelanggan.
Contoh Praktis: Strategi Upselling dan Cross Selling
Strategi peningkatan EPC dapat dilakukan melalui upselling, cross selling, atau bundling. Berikut contoh sederhana yang sering dijumpai di bisnis minuman seperti kafe:
Bayangkan seorang pelanggan memesan cappuccino dengan harga Rp50.000. Melalui strategi upselling, petugas kasir menawarkan ukuran lebih besar (Grande atau Venti) dengan tambahan Rp5.000.
Kemudian, pelanggan juga ditawari pilihan susu premium seperti oat milk atau almond milk dengan tambahan Rp15.000.
Dengan kombinasi strategi tersebut, nilai transaksi yang semula hanya Rp50.000 dapat meningkat menjadi Rp70.000.
Inilah kekuatan dari EPC, yang memungkinkan peningkatan omzet tanpa harus menambah jumlah pelanggan atau mengeluarkan biaya promosi besar-besaran.
Menyusun SOP yang Efektif
Agar strategi ini berjalan maksimal, penting bagi pelaku usaha menyusun SOP (Standard Operating Procedure) untuk memastikan tim pelayanan memahami produk dan tahu cara menawarkan pilihan tambahan secara tepat. Pendekatan yang sopan, tidak memaksa, dan berbasis kebutuhan pelanggan akan membantu strategi ini berjalan lebih mulus dan menghasilkan hasil yang optimal.
Meningkatkan penjualan tidak selalu berarti harus “bakar uang” melalui promosi besar-besaran.
Ada cara yang lebih cerdas dan hemat, yaitu dengan memaksimalkan nilai transaksi pelanggan melalui EPC. Memahami dan menerapkan konsep TC dan EPC dalam operasional bisnis sehari-hari akan membuka peluang besar untuk meningkatkan omzet dengan lebih efisien.
Dengan strategi yang tepat, bisnis kuliner tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga tumbuh secara berkelanjutan.
Semoga informasi ini bermanfaat. (*)