UPDATESATU.COM - Di era serba digital seperti sekarang, segala hal dituntut serba cepat dan praktis—termasuk saat memesan makanan.
Itulah kenapa sistem self order (pemesanan mandiri oleh pelanggan) mulai banyak diterapkan di bisnis kuliner, mulai dari kafe modern hingga gerobakan kekinian.
Tapi, tunggu dulu!
Sebelum kamu ikut-ikutan tren digital ini, ada baiknya kamu duduk sebentar, minum kopi, dan pertimbangkan tiga hal penting berikut ini.
Jangan sampai niatnya ingin memudahkan pelanggan, justru malah bikin ribet dan bikin penjualan seret.
3 Poin Ini Sebelum Menggunakan Sistem Self Order
1. Apakah Bisnismu Memang Membutuhkan Sistem Self Order?
Jangan langsung tergiur tren. Coba tanyakan dulu ke diri sendiri:
Apakah alur pelayanan di bisnismu sudah padat? Apakah antrean sudah mulai mengular dan bikin pelanggan gelisah? Jika iya, maka self order bisa jadi solusi.
Namun, kalau bisnis kamu masih bisa dilayani dengan cara konvensional dan personal, sistem digital ini bisa terasa “dingin” dan justru menghilangkan nilai interaksi yang jadi kekuatan utama. Apalagi di warung atau kedai yang mengandalkan obrolan ringan untuk bikin pelanggan betah, sistem ini malah bisa bikin suasana terasa asing.
Kapan sebaiknya digunakan?
Jika kamu sudah kewalahan menangani pesanan saat jam sibuk, dan sering terjadi kesalahan input pesanan, maka sistem self order bisa jadi solusi jitu.
2. Siapkah Pelangganmu Mengoperasikan Teknologinya?
Kamu harus realistis. Meskipun teknologi sudah menjamur, belum tentu semua pelangganmu nyaman atau paham menggunakannya.
Misalnya, kalau target pasarmu adalah ibu-ibu pasar, pekerja kasar, atau lansia yang lebih senang berinteraksi langsung, sistem ini bisa jadi hambatan.
Tapi kalau market-mu adalah anak muda, pekerja kantoran, atau mahasiswa yang sudah terbiasa dengan QR code dan layar sentuh, ini justru akan jadi nilai tambah.
Tipsnya:
Sediakan petunjuk penggunaan yang mudah dimengerti, atau tetap sediakan staf pendamping di awal-awal penerapan sistem, agar tidak terjadi kebingungan.
3. Jangan Korbankan Potensi Penjualan Tambahan
Ini penting, tapi sering dilupakan.
Salah satu kekuatan pelayanan manual adalah peluang melakukan up selling dan cross selling. Misalnya, pelayan bisa dengan santai menawarkan:
"Mau sekalian tambah es teh-nya, Kak? Lagi promo, lho."
Hal seperti ini sulit dilakukan lewat sistem mandiri, kecuali kamu pintar menyusun alur pemesanan yang menggoda.
Pastikan sistem self order tetap memberikan opsi-opsi tambahan seperti “tambah topping”, “paket hemat”, atau “minuman spesial hari ini”, agar pelanggan tetap tertarik membeli lebih dari yang mereka rencanakan.
Teknologi Itu Alat, Bukan Jawaban Segalanya
Menggunakan sistem self order memang bisa jadi langkah cerdas dalam meningkatkan efisiensi pelayanan. Tapi jangan asal pasang teknologi hanya karena ikut tren.
Pikirkan matang-matang:
Apakah kamu benar-benar butuh?
Siapa target pelangganmu?
Apakah sistem ini bisa tetap mendongkrak penjualan?
Ingat, teknologi yang baik bukan yang tercanggih, tapi yang paling tepat guna. Dan dalam bisnis kuliner, pelanggan yang puas adalah segalanya.
Kalau kamu masih bingung mulai dari mana, atau mau tanya sistem self order yang cocok untuk UMKM, tinggal tanya. Dunia kuliner digital tidak harus rumit, asal tahu strateginya!(*)
