UPDATESATU.COM-Hari ini kita kembali belajar mengenai bisnis kuliner, dan kali ini kita akan membahas lima hal penting terkait storytelling dalam bisnis kuliner. Mungkin sebagian dari Anda sebagai pelaku usaha sudah sering mendengar mengenai teknik storytelling.
Pada kesempatan ini, kita akan membahas secara mendalam bagaimana teknik storytelling diterapkan dalam bisnis kuliner.
Pengertian Storytelling Marketing di Bisnis Kuliner
Pertama-tama, mari kita pahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan storytelling marketing. Storytelling adalah teknik mendongeng, yaitu menyampaikan informasi kepada audiens dengan alur yang terstruktur, bukan sekadar menyajikan informasi secara kaku.
Cerita biasanya memiliki permulaan, pertengahan, dan akhir, disusun sedemikian rupa sehingga audiens tidak merasa diiklankan, tetapi terlibat secara emosional dan lebih mudah menerima pesan yang disampaikan.
Mengapa storytelling marketing penting? Sebagai contoh, apakah lebih menarik menonton drama Korea yang di tengahnya terdapat iklan, atau membaca iklan yang menempel di tiang listrik?
Mayoritas orang tentu lebih menikmati drama Korea karena ceritanya mengalir.
Meski terdapat iklan di tengah-tengahnya, hal tersebut tetap menarik.
Contohnya, kasus Kopiko yang muncul dan kemudian viral, atau drama Korea Vincenzo yang menunjukkan bagaimana sebuah merek dapat tampil mendunia.
Selain itu, iklan asuransi dari Thailand juga biasanya dibuat sedemikian rupa sehingga alurnya mengalir dengan baik.
Penutup iklan baru menyebutkan perusahaan yang menyampaikan iklan.
Meskipun kadang terasa mengganggu, audiens secara perlahan terlibat secara emosional sehingga tidak merasa tersinggung.
Struktur storytelling yang baik dapat dipelajari dari video seperti Baby Shark, yang memiliki tokoh jelas, pembukaan, konflik, dan resolusi. Sudut pandang cerita dapat berupa orang pertama, kedua, atau ketiga.
Contoh lain adalah McDonald’s yang menceritakan perjalanan 40 tahun melayani pelanggan di Indonesia.
Cerita ini mengalir dari bahan baku, proses di dapur, pelayanan, hingga pengalaman konsumen selama pandemi, tanpa harus menghadirkan konflik dramatis.
Dalam storytelling, kita dapat membicarakan dua aspek utama: produk dan konsumen. Untuk produk, fokus dapat pada rasa, tekstur, perjalanan produk, warna, atau pengalaman saat dilayani. Untuk konsumen, fokus pada keinginan, masalah, dan kondisi ideal yang mereka harapkan.
Cerita harus menggali hal-hal ini secara maksimal agar audiens dapat membayangkan pengalaman yang disampaikan, misalnya cita rasa cokelat yang meleleh di lidah atau potongan nanas pada burger.
Hal penting lainnya dalam storytelling adalah durasi dan relevansi.
Orang cenderung berinteraksi dengan konten dalam waktu singkat, sehingga penyampaian pesan harus efektif dan langsung ke inti permasalahan. Headline harus menarik, dan pesan harus tersampaikan secara jelas tanpa bertele-tele.
Demikian lima hal penting dalam storytelling untuk bisnis kuliner. Semoga informasi ini dapat memberikan inspirasi dan mendorong Anda untuk terus belajar dan mengembangkan usaha kuliner. (*)