UPDATESATU.COM-Digital dan media sosial kini menjadi peluang yang sangat terbuka luas bagi siapa saja yang mahir dalam pemasaran, mampu membuat konten viral, atau memiliki kemampuan untuk mengembangkan usaha kuliner yang pesat.
Hal ini tentu merupakan kabar baik, namun perlu diingat agar tidak terjebak dalam euforia sesaat akibat pertumbuhan bisnis yang cepat.
Baik membuka cabang sendiri maupun menjual kemitraan, bisnis harus dijaga agar tidak hanya berkembang di awal tetapi dapat berjalan secara berkelanjutan dan menjadi usaha yang sustainable.
Ada lima hal yang sering menjadi jebakan, terutama ketika cabang sudah banyak atau kemitraan sudah terjual luas, namun pengelolaan tidak maksimal.
Hal ini dapat menjadi bom waktu bagi bisnis kuliner dan berpotensi menyebabkan kerugian di kemudian hari. Berikut lima poin penting yang harus diperhatikan:
5 Hal yang Bikin Punya Banyak Cabang Bisa Jadi Bom Waktu
1. SOP belum dirapikan dengan benar
SOP (Standard Operating Procedure) harus disusun dan didistribusikan secara efektif dan efisien.
Standarisasi yang hanya tertulis saja tidak cukup; karyawan perlu memahami standar tersebut melalui media pendukung seperti video pelatihan.
Sistem harus memastikan karyawan baru mendapatkan informasi yang sama dengan karyawan lama.
Tanpa SOP yang tepat, usaha bisa terjebak pada praktik yang salah dan berakhir dengan keluhan konsumen.
2. Tidak memiliki laporan keuangan yang lengkap
Laporan keuangan sangat penting untuk setiap bisnis kuliner, baik secara terpusat maupun per outlet.
Laporan ini membantu pemilik memahami kondisi keuangan dan mengambil keputusan yang tepat.
Tidak adanya laporan keuangan yang teratur dapat membuat bisnis berjalan dalam kondisi “buta” dan berisiko salah langkah.
Untuk bisnis dengan cabang atau mitra, laporan keuangan yang terstruktur membantu mengevaluasi kinerja setiap outlet dan mendukung keberlangsungan usaha.
3. Tidak membangun tim yang solid
Tidak ada usaha yang bisa bertahan hanya mengandalkan satu orang. Bisnis yang kuat memerlukan organisasi, sistem, dan budaya yang baik.
Ketergantungan pada satu individu akan membatasi pengembangan strategis dan membuat bisnis rentan jika terjadi pergantian karyawan. Membangun tim yang kompeten dan terlatih merupakan investasi jangka panjang bagi kelangsungan usaha.
4. Tidak melakukan inovasi
Inovasi adalah kunci agar bisnis tetap relevan dan bertahan di tengah perubahan.
Dalam bisnis kuliner, inovasi produk harus dilakukan secara rutin, misalnya 3–4 kali setahun, agar konsumen mengetahui bisnis tetap aktif dan relevan.
Selain produk, inovasi juga mencakup media komunikasi dengan konsumen dan cara penyampaian konten sesuai preferensi target pasar.
5. Mengabaikan perencanaan dan sistemisasi
Perkembangan pesat tanpa perencanaan yang matang dapat menjadi bom waktu.
Sistem, tim, dan manajemen yang baik harus dibangun agar cabang atau mitra dapat menjalankan bisnis secara berkelanjutan.
Bisnis yang sukses memerlukan usaha terstruktur dan tidak bisa mengandalkan pendekatan “lihat nanti” atau menunda perbaikan.
Kesimpulannya, kelima hal ini harus diperhatikan untuk memastikan bisnis kuliner yang berkembang dengan banyak cabang tetap kuat, berkelanjutan, dan mampu menghadapi tantangan di masa depan.(*)